ARGENTOMETRI
I.
TUJUAN
a. Memahami
prinsip analisa volumetri berdasarkan titrasi argentometri dengan metoda Mohr
dan Volhard
b. Menentukan
kenormalan larutan klorida dengan metoda Mohr dan Volhard
II.
TEORI
Salah satu cara untuk menentukan kadar asam-basa dalam
suatu larutan adalah dengan volumetri (titrasi). Volumetri (titrasi) merupakan
cara penentuan kadar suatu zat dalam larutannya didasarkan pada pengukuran volumenya.
Berdasarkan pada jenis reaksinya, volumetri dibedakan
atas :
1. Asidimetri dan alkalimetri
Volumetri
jenis ini berdasar atas reaksi netralisasi asam-basa.
2. Oksidimetri
Volumetri
jenis ini berdasar atas reaksi oksidasi-reduksi.
3. Argentometri
Volumetri jenis ini berdasar atas reaksi
kresipilasi (pengendapan dari ion Ag+).
Istilah
Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi,
Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu
larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion
Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi
indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3).
Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+
dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan.
Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasi
dengan AgNO3 yaitu :
1. Indikator
2. Amperometri
3. Indikator kimia
Syarat terjadinya reaksi argentometri :
1.
Kesetetimbangannya berkurang dengan cepat
2.
Zat yang akan ditentukan harus bereaksi
secara stoikiometri dengan pentiter
3.
Endapan yang terbentuk harus sukar larut
4.
Penentuan titik akhir titrasi harus sesuai
5.
Endapan yang terbentuk stabil
Faktor-faktor yang mempengaruhi endapan hasil titrasi
argentometri :
1.
Temperatur / suhu
2.
Sifat pelarut
3.
Efek ion senama. Umunya dapat memperbesar
terbentuknya endapan
4.
pH masing-masing endapan akan stabil pada
range pH tertentu
Titrasi pengendapan ini terbatas penggunaannya karena :
1. Tidak
adanya indikator yang sesuai dalam titrasi
2. Kecepatan
reaksi terlalu cepat
3. Komposisi
endapan seringkali tidak diketahui karena adanya pengaruh kompresipitasi
(ion-ion yang ikut terendapkan).
Titik akhir
potensiometri didasarkan pada potensial elektrode perak yang dicelupkan kedalam
larutan analit. Titik akhir amperometri melibatkan penentuan arus yang
diteruskan antara sepasang mikroelektrode perak dalam larutan analit. Sedangkan
titik akhir yang dihasilkan indikator kimia, biasanya terdiri dari perubahan
warna/muncul tidaknya kekeruhan dalam larutan yang dititrasi.
Syarat indikator untuk titrasi pengendapan analog dengan
indikator titrasi netralisasi, yaitu :
1. Perubahan
warna harus terjadi terbatas dalam range pada p-function dari reagen /analit.
2. Perubahan
Warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk analit.
Berdasarkan pada indikator yang digunakan, argentometri
dapat dibedakan atas :
1.
Metode Mohr (pembentukan endapan berwarna)
Titrasi ini
ditandai dengan terbentuknya andapan berwarna
dan titrasi berlangsung dengan AgNO3. Kegunaan metoda ini
untuk menentukan konsentrasi klorida yang tidak bisa digunakan untuk menentukan
konsentrasi iodida dan tiosianat. Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan
kadar klorida dan bromida dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO3 dan
penambahan K2CrO4 sebagai indikator. Titrasi dengan cara
ini harus dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis (basa), pH
6,5 - 9,0. Dalam suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan
dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida. Reaksi
yang terjadi adalah :
Asam :
2CrO42- + 2H- ↔ CrO7 2-
+ H2O
Basa : 2 Ag+ + 2 OH- ↔ 2 AgOH
2AgOH ↔ Ag2O
+ H2O
Kelemahan
Titrasi Mohr :
Kemungkinan
terjadi kelebihan titran yang menyebabkan indikator mengendap sebelum titik
ekivalen tercapai yang mengakibatkan titik akhir titrasi jadi tidak tajam. Sebagai
solusi dilakukan pengadukan secara cepat.
2. Model
Valhard (Penentu zat warna yang mudah larut).
Metoda ini
ditandai dengan terbentuknya kompleks berwarna dan didasarkan pada pengendapan perak
tiosianat dalam AgNO3 dengan menggunakan besi (III). Berikut reasksi
yang terjadi pada metoda Volhard :
Ag+ + SCN- → AgSCN
Fe3+ + SCN-
→ Fe(SCN)2+
Titrasi
volhard dilakukan dalam suasana asam. Jika dalam suasana netral, indikator akan
terhidrolisa.
Fe3+ + OH-
→ Fe(OH)3
Fe3+ + H2O → Fe(OH)3
+ H+
Metode
ini digunakan dalam penentuan ion Cl-, Br-, dan I-
dengan penambahan larutan standar AgNO3. Indikator yang dipakai
adalah Fe3+ dengan titran NH4CNS, untuk menentralkan
kadar garam perak dengan titrasi kembali setelah ditambah larutan standar
berlebih. Kelebihan AgNO3 dititrasi dengan larutan standar KCNS, sedangkan
indikator yang digunakan adalah ion Fe3+ dimana kelebihan larutan
KCNS akan diikat oleh ion Fe3+ membentuk warna merah darah dari
FeSCN.
3.
Motode Fajans (Indikator Absorbsi)
Titrasi
argentometri dengan cara fajans adalah sama seperti pada cara Mohr, hanya
terdapat perbedaan pada jenis indikator yang digunakan. Indikator yang
digunakan dalam cara ini adalah indikator absorbsi seperti cosine atau
fluonescein menurut macam anion yang diendapkan oleh Ag+. Titrannya
adalah AgNO3 hingga suspensi
violet menjadi merah. pH tergantung pada macam anion dan indikator yang
dipakai.
Indikator
absorbsi adalah zat yang dapat diserap oleh permukaan endapan dan menyebabkan
timbulnya warna. Pengendapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekuivalen
antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH. Sebelum titik
ekuivalen tercapai, ion Cl- berada dalam lapisan primer dan setelah
tercapai ekuivalen maka kelebihan sedikit AgNO3 menyebabkan ion Cl-
akan digantikan oleh Ag+ sehingga ion Cl- akan berada pada
lapisan sekunder.
Pembentukan
Endapan Berwarna Seperti sistem asam, basa dapat digunakan sebagai suatu
indikator untuk titrasi asam-basa. Pembentukan suatu endapan lain dapat
digunakan untuk menyatakan lengkapnya suatu titrasi pengendapan. Dalam hal ini terjadi
pula pada titrasi Mohr, dari klorida dengan ion perak dalam mana digunakan ion
kromat sebagai indikator. Pemunculan yang permanen dan dini dari endapan perak
kromat yang kemerahan itu diambil sebagai titik akhir (TE). Titrasi Mohr
terbatas untuk larutan dengan perak dengan pH antara 6,0 . 10,0. Dalam larutan
asam konsentrasi ion kromat akan sangat dikurangi karena H2CrO4-
hanya terionisasi sedikit sekali. Lagi pula dengan hidrogen kromat berada dalam
kesetimbangan dengan dikromat terjadi reaksi :
2H+ + 2CrO4-
↔
2H2CrO4 ↔ Cr2O72- + 2H2O
Proses argentometri termasuk dalam titrasi
yang menghasilkan endapan dan pembentukan ion kompleks. Proses argentometri
menggunakan AgNO3 sebagai larutan standar. Proses ini biasanya
digunakan untuk menentukan garam-garam dari halogen dan sianida. Karena kedua
jenis garam ini dapat membentuk endapan atau senyawa kompleks dengan ion Ag+
sesuai dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
NaCl + Ag+ → AgCl ↓ + Na+
KCN + Ag+ → AgCl ↓ + K+
KCN + AgCN ↓ → K [Ag(CN)2 ]
Karena AgNO3
mempunyai kemurnian yang tinggi maka garam tersebut dapat digunakan sebagai
larutan standar primer. Dalam titrasi argentometri terhadap ion CN-
tercapai untuk garam kompleks K [Ag(CN)2 ] karena proper tersebut
dikemukakan pertama kali oleh Lieberg, cara ini tidak dapat dilakukan dalam
suasana amoniatial karena garam kompleks dalam larutan akan larut menjadi ion
komplek diamilum.
Syarat
pH untuk titrasi fajans dengan indikator eosin yaitu : tidak terlalu rendah,
karena kebanyakan indikator adsorbsi bersifat asam lemah yang tidak dapat
dipakai dalam larutan yang terlalu asam. Tapi tidak semua indikator seperti
itu. Ada beberapa indikator adsorbsi ”kationik” yaitu bersifat basa lemah
sehinggga baik untuk dititrasi dalam suasana asam.
Contoh – contoh indikator Adsorbsi :
o
Ortholoro :
syarat larutan netral pH 0,02 M
o
Eosin :
syarat pH 2 – 8 dari pink ke merah
o
Avorestein :
Syarat pH 7 – 8
o
Lembayung metil : syarat larutan harus asam...
III. Pembahasan
Percobaan kali ini adalah argentometri dimana digunakan
larutan standar perak nitrat (AgNO3) sebagai larutan pentiter
sehingga dapat diketahui konsentrasi klorida
Pada
percobaan ini kita menggunakan 2 metoda dalam menentukan kenormalan larutan
khlorida yakni dengan menggunakan metoda Mohr dan Metoda Volhard.
Pada
penentuan secara Mohr, penentuan kenormalan larutan khlorida dilakukan dengan
mentitrasi langsung dengan indikator K2CrO4 5 %. Pada
titik akhir titrasi diperoleh warna larutan kuning menjadi merah bata. Sedangkan
pada metoda volhard, penentuan kenormalan larutan khlorida dilakukan dengan
penambhan AgNO3 terukur dan
berlebih pada larutan khlorida sehingga timbul endapan AgCl yang berwarna
putih. Kemudian dititrasi kembali (back titration) dengan CNS-
dengan menambah Fe3+. Titik akhir titrasi ditandai dengan timbulnya
warna kuning merah.
Pada
percobaan ini didapatkan kenormalan larutan khlorida secara Mohr sebesar 0,0055
N dimana volume sampel yang didapatkab sebesar 5,5 mL. Sedangkan volume
sebenarnya 5 mL sehingga didapatkan persen kesalahannya 10%.
Sedangkan
pada metoda volhard, didapatkan kenormalan larutan khlorida 0,00125 N dimana
volume yang didapatkan sebanyak 1,25 mL sehingga persen kesalahan yang
didapatkan sebesar 75%.
Perbedaan
kesalahan yang lumayan mencolok antara metoda secara Mohr dan metoda secara
Volhard ini mungkin disebabkan karena pada metoda volhard terbentuk endapan,
penyaringan yang dilakukan tidak sempurna dan masih ada terdapat endapan dalam erlenmeyer.
Selain itu kurang telitinya dalam melihat skala pada buret, terutama melihat
titik akhir titrasinya.
Secara teori
volume yang didapatkan seharusnya mempunyai nilai yang sama baik secara mohr
maupun secara Volhard. Perbedaan ini bias disebabkan oleh :
1.
Pentitrasian yang dihentikan sebelum
atau sesudah titik akhir dicapai.
2.
Penambahan larutan (zat) yang kurang
sesuai.
3.
Pemahaman yang kurang tentang ciri-ciri tercapainya titik
akhir titrasi.
III.
KESIMPULAN
& SARAN
1.1
Kesimpulan
Dari
percobaan yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
-
Pada umumnya titrasi argentometri dapat
digunakan dengan 2 metoda dalam penentuan kenormalan khlorida yaitu dengan
metoda Mohr dan Metoda Volhard.
-
Titrasi argentometri dengan metoda volhard
menggunakan larutan standar AgNO3.
-
Titrasi argentometri dengan metoda volhard
menggunakan larutan AgNO3 dan SCN- sebagai pentiter.
-
Titrasi dengan cara Mohr dilakukan
secara langsung sedangkan titrasi secara Volhard dilakukan secara tidak
langsung.
-
Titrasi
secara Volhard harus dilakukan dalam suasana asam.
-
Metoda
volhard menggunakan prinsip titrasi kembali (back titration).
-
%
kesalahan pada metoda mohr yaitu 5%.
-
%
kesalahan pada metoda volhard yaitu 75%.
1.2
Saran
Agar
praktikum selanjutnya memperoleh hasil yang lebih baik maka disarankan :
-
Berhati-hati dalam mengukur volume zat,
sangat diperlukan ketelitian.
-
Gunakan masker jika mengambil zat pada
lemari asam.
-
Teliti dalam titrasi dan mengamati
perubahan warna yang terjadi.
-
Teliti dalam mengamati titik akhir titrasi
agar memperoleh kesalahan titrasi yang kecil.
-
Lebih memahami prosedur dan prinsip kerja
sebelum memulai percobaan ini.
-
Teliti
dalam menambahkan larutan atau zat dan indicator
-
Teliti
dalam melakukan proses penyaringan usahakan tidak ada endapan yang ikut larut
dalam filtrat